PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR
HIPOTESIS DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 PASARWAJO
PADA
POKOK BAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA
HENDRA
NELVA SAPUTRA
Dibimbing
oleh Dr. Rafiuddin,
M.Pd.,
M.Si
dan Drs. Aceng Haetami, M.Si.
Program Studi Pend. Kimia
Fkip
Universitas Halu Oleo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis
siswa
yang
disebabkan oleh
penggunaan
model siklus
belajar hipotesis deduktif. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pretest-posttest control group design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 dan XI
IPA4 semester
ganjil tahun ajaran 2013/2014. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran
yang terdiri dari model siklus belajar hipotesis deduktif dan model pembelajaran langsung, sedangkan variabel terikat adalah penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis. Data
dianalisis dengan menggunakan rumus gain score
normalized dan dilanjutkan dengan independent sample
t test variable. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas
kontrol. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata gain
ternormalisasi dari penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk kelas eksperimen sebesar 0,77 dengan kategori tinggi dibandingkan dengan rata-rata gain ternormalisasi penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis untuk kelas kontrol sebesar 0,4874
dengan kategori sedang. Hasil uji beda
(t) menunjukkan perbedaan yang signifikan pada taraf signifikansi 0,05, dimana thitung = 11,13 lebih besar dari ttabel = 1,671. Guru dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model
siklus belajar hipotesis
deduktif.
Kata-kata kunci: Siklus belajar hipotesis deduktif, keterampilan
berpikir kritis, penguasaan
konsep, kesetimbangan
kimia
ABSTRACT
This study aims to determine the increasing of concepts mastery and critical thinking
skills of students caused by the use of hypothetical deductive cycle model. This research is an experimental study with pretest-posttest control group. The subjects are the students of class
XI and XI IPA4 IPA3 in academic year 2013/2014.
The independent variable in this study is
a learning model that consists
of hypothetical deductive learning
cycle model and direct learning model, while the dependent variable is the mastery of concepts and critical thinking
skills. Data were analyzed by using normalized score
gain
formula
and
followed by independent
sample
t
test variable. The
results
showed that the increasing of concepts mastery and students critical thinking skills experiment class is higher than the control
class. It can be seen from the average of the normalized gain mastery of concepts and critical
thinking skills for experiments class with high category of 0.77 compared to the average of
normalized gain mastery of
concepts
and critical
thinking skills to control class that is 0.4874 with medium category. Different test results
(t) shows a significant difference at the 0.05 significance level, where tcount = 11.13
is bigger than ttable = 1.671.
Teachers and students
gave a positive response to the
application of hypothetical deductive learning cycle model.
Key words
:
Cycle hypothetical deductive learning, critical thinking skills,
mastery of
concepts, chemical equilibrium
Pendahuluan
Keterampilan berpikir kritis
dan kreatif sangat diperlukan oleh siswa mengingat bahwa dewasa
ini ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa
memperolah informasi secara
cepat dan
mudah dengan melimpah dari
berbagai
sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya
perubahan tatanan hidup
serta perubahan global
dalam kehidupan. Jika para
siswa tidak dibekali dengan keterampilan
berpikir kritis maka mereka tidak akan mampu
mengolah, menilai dan
mengambil
informasi yang
dibutuhkannya untuk menghadapi tantangan tersebut.
Hofreiter, Monroe,
dan Stein
(2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan pembelajaran yang melibatkan diskusi dan tugas yang saling dikaitkan. Thomas (2011)
menyatakan “provides ideas of the skills
the students need to
develop and how we can integrate
the students’ understanding of those
skills with their learning in the classroom and through their first-year assignments and activities” memberikan gagasan bagi
keterampilan
siswa agar dikembangkan dan digabungkan pemahaman keterampilan
siswa dan pengetahuan mereka di dalam
kelas
dan aktivitasnya.
Model pembelajaran yang kurang
efektif dan efisien
akan menyebabkan tidak
seimbangnya keterampilan kognitif,
psikomotorik dan afektif. Olehnya itu diperlukan metode
atau model
pembelajaran yang
lebih
efektif yaitu membuat siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah
satu strategi mengajar
yang
dapat digunakan
adalah model pembelajaran siklus belajar
hipotesis deduktif yang
berlandaskan pada
pandangan kontruktivisme.
Siklus belajar adalah suatu model
pembelajaran yang
berpusat pada pelajar
(student centered) (Budiasih, 2004). Pembelajaran dengan
model siklus belajar dapat mendorong siswa terlibat secara aktif
dalam
proses-proses sains
seperti
melakukan percobaan, menggunakan alat, mengamati,
mengukur, mengumpulkan
data,
menyimpulkan, dan
sebagainya. Siklus belajar
merupakan rangkaian tahap- tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga
pelajar dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus
dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperan aktif.
Siklus belajar
hipotesis deduktif menghendaki adanya
pengkajian (eksplanasi) beberapa fenomena. Langkah- langkah yang
mungkin dilakukan dengan
mengkreasi berbagai
konsepsi atau miskonsepsi dengan menghasilkan
argumentasi, disequilibrium
(ketidakseimbangan),
dan
analisis
data
untuk memecahkan masalah
(konflik).
Dengan demikian siklus belajar hipotesis deduktif
menghendaki adanya kreasi dan
pengujian secara nyata berbagai hipotesis untuk menjelaskan fenomena. Dalam hal ini diharapkan
muncul pertanyaan sebab akibat, dan
murid-murid harus mengajukan
berbagai hipotesis. Selanjutnya, hipotesis
ini harus diuji melalui deduksi terhadap
konsekuensi prediksi
dan percobaan. Hal ini dapat membantu siswa untuk mampu
berinisiatif dan terampil
berpikir kritis.
Hasil penelitian
Darmiasih (2011) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara
siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Penelitian Yuniawati dan
Redhana (2011)
mengenai Model Siklus Belajar
Hipotesis Deduktif
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa,
menunjukkan skor rata-rata pada kelas eksperimen
(80,82) lebih tinggi daripada
skor rata-rata kelas kontrol (73,12). Selain itu,
ketuntasan yang dicapai oleh siswa pada
kelas eksperimen juga lebih tinggi (79,59%) daripada ketuntasan siswa pada kelas kontrol
(36,73%).
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah
dalam penelitian
ini adalah (1) Bagaimana efektivitas
peningkatan penguasaan konsep
dan keterampilan berpikir
kritis siswa kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Pasarwajo yang disebabkan
oleh
penggunaan model siklus
belajar hipotesis deduktif? (2) Bagaimana
tanggapan guru dan siswa
terhadap
penggunaan model siklus
belajar hipotesis
deduktif?
Metode Penelitian
Penelitian
ini merupakan
penelitian eksperimen berbentuk pretest- posttest control
group design. Pada penelitian
ini, tes dilakukan sebanyak
dua kali yaitu sebelum perlakuan
(pretes) dan
setelah perlakuan
(postes). Tes yang diberikan pada saat postes sama
dengan tes pada
saat pretes. Pada
pelaksanaan pembelajaran,
siswa pada
kelas
eksperimen diajar dengan model
siklus belajar hipotesis deduktif dan siswa pada
kelas
kontrol diajar dengan model
pembelajaran langsung.
Setelah
diberi pembelajaran, siswa pada
kelas
eksperimen dan kontrol diberi postes.
Hasil postes dianalisis untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran yang telah diterapkan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Pasarwajo. Pada
penelitian ini
yang menjadi subjek penelitian adalah siswa
kelas XI IPA3 dan XI IPA4 semester ganjil tahun
ajaran 2013/2014 yang mempunyai nilai rerata kelas yang hampir
sama. Objek dalam penelitian
ini adalah penguasaan
konsep
dan keterampilan berpikir kritis siswa. Selain itu, data juga
dikumpulkan berkaitan
dengan tanggapan
guru dan siswa terhadap model siklus belajar hipotesis deduktif. Pada
penelitian ini,
, variabel terikat adalah
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis.
Sedangkan
variabel bebas
adalah model
siklus belajar hipotesis deduktif dan model pembelajaran langsung pada
pembelajaran
kimia
pokok bahasan
kesetimbangan
kimia.
Pada penelitian ini digunakan
perangkat pembelajaran berupa
Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan Lembar Kerja Siswa
(LKS). Penelitian ini
menggunakan dua model pembelajaran
yang terdiri dari model siklus belajar hipotesis deduktif
dan
model pembelajaran langsung. Secara umum langkah-langkah
yang
dilakukan dalam menyusun
RPP, yaitu: (1) menganalisis
standar kompetensi dan
kompetensi dasar, (2) menyusun
indikator pencapaian kompetensi
dan tujuan pembelajaran, (3)
mengalokasikan waktu
pembelajaran, (4) merancang kegiatan
pembelajaran yang disesuaikan dengan model siklus
belajar hipotesis deduktif dan
model pembelajaran langsung,
dan (5) menyusun
instrumen penilaian untuk mengukur
indikator pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini didasarkan atas data yang
diperlukan. Instrumen
yang
digunakan berupa tes penguasaan konsep
dan keterampilan berpikir kritis, lembar observasi dan angket. Data yang
diperoleh pada
penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
berupa skor pretes dan postes pada
kelas eksperimen
dan kelas kontrol dan
tanggapan siswa. Sementara itu,
data kualitatif berupa data tanggapan
guru.
Penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir
kritis siswa pada kelas eksperimen
dan kontrol
diukur dengan tes penguasaan
konsep dan keterampilan berpikir kritis .
Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian
Data
dianalisis dengan menggunakan
rumus gain score normalized dan dilanjutkan dengan independent sample
t test variable. Perhitungan uji t
dan semua uji statistik yang
digunakan dalam penelitian
ini dilakukan dengan bantuan software
SPSS version 15
for windows. Pengujian
dilakukan
pada
taraf signifikansi 5%. Independent sample
t test
variable merupakan salah satu
statistik parametrik sehingga
perlu dilakukan uji
prasyarat terhadap data hasil belajar siswa. Pengujian prasyarat ini meliputi analisis uji normalitas dan uji homogenitas.
Tanggapan
guru dan
siswa terhadap
model siklus belajar
hipotesis deduktif berupa derajat ekspresi yang
dikategorikan atas: sangat setuju, setuju, tidak
setuju, dan sangat
tidak setuju. Tanggapan guru dan siswa
dianalisis
secara deskriptif
dengan jalan menghitung
Sedangkan kelas kontrol memiliki
rerata
frekuensi munculnya respon.
Di samping
skor pretes sebesar
18,23, mengalami
itu, untuk meningkatkan kualitas simpulan,
peneliti juga melakukan analisis deskriptif dengan rentangan penilaian.
Hasil Penelitian
peningkatan rerata skor
postes sebesar
58,07.
Pencapaian skor
rerata gain
ternormalisasi penguasaan konsep antara
Rerata
skor pretes, postes
dan gain
siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol
ternormalisasi penguasaan konsep siswa
dapat dilihat
pada Gambar 2.
Pencapaian skor rerata pretes dan
1
0.5
0.49
0.77
Kontrol
postes penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas
antara
siswa
kontrol dapat
0
Gain
Eksperimen
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 2. Perbandingan rerata skor
100
81.44
penguasaan konsep
dan
keterampilan
58.07
50 19.06
18.23
0
Pretes Postes
Kontrol
Eksperimen
berpikir krtis pada gain ternormalisasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 2 menunjukkan perolehan
rerata gain ternormalisasi
untuk
kelas
Gambar 1. Perbandingan
penguasaan konsep
dan
rerata skor
keterampilan
eksperimen adalah sebesar
0,77
dengan
kategori tinggi sedangkan perolehan rerata
berpikir krtis pada pretes dan postes antara kelas eksperimen
dan
kelas kontrol
Analisis data yang nampak
pada
gain ternormalisasi kelas
kontrol adalah
0,4874 dengan kategori sedang. Gambar 2
juga menunjukkan bahwa rerata
gain
Gambar 1, menunjukan bahwa
adanya
ternormalisasi
kelas
eksperimen lebih
peningkatan penguasaan konsep
baik pada kelas eksperimen
maupun
kelas kontrol.
Namun, berdasarkan perolehan skor rerata
tinggi dari rerata gain ternormalisasi kelas
kontrol. Hal ini
berarti pembelajaran
dengan menggunakan model siklus belajar
pretes
dan postes, kelas
eksperimen
hipotesis deduktif
dapat lebih
mengalami peningkatan konsep
yang lebih
tinggi
penguasaan dibandingkan
meningkatkan penguasaan
konsep siswa dibanding model pembelajaran langsung.
dengan kelas kontrol, dimana rerata skor pretes siswa kelas eksperimen adalah
Secara umum, rerata skor perbandingan indikator
penguasaan
sebesar 19,06,
mengalami
peningkatan
konsep siswa kelas eksperimen
lebih tinggi
rerata skor
postes sebesar
81,44.
dibandingkan
dengan
kelas kontrol.
Rekapitulasi
perbandingan
gain
strategi
logika; 4)
melakukan dan
ternormalisasi
label
konsep
pada
setiap sub pokok bahasan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
ditunjukkan pada
Gambar 3.
mempertimbangkan
induksi; 5) melakukan dan
mempertimbangkan
deduksi; 6) mengidentifikasi kalimat pertanyaan; 7)
membuat bentuk defenisi.
1 0.75
0.6
0.86
Kelas Kontrol
Secara umum, dapat dilihat bahwa
0.5
0.53
0.42
0.54
rerata skor perbandingan
indikator
Kelas
Eksperimen
keterampilan berpikir
kritis siswa
kelas
0
PK1 PK2
PK3
eksperimen lebih tinggi
dibandingkan
dengan kelas kontrol.
Persentase
Gambar 3. Rekapitulasi
rerata gain
ternormalisasi
perbandingan label konsep
Perbandingan indikator keterampilan
berpikir kritis antara kelas eksperimen dan
pada
setiap
sub
pokok
bahasan antara
kelas
eksperimen dan
kelas kontrol
Keterangan : PK1
:
Penguasaan konsep
kelas
kontrol ditunjukkan
pada Gambar 4.
pada sub
pokok
bahasan
keadaan
kesetimbangan; PK2 : Penguasaan konsep
1
0.9
0.8
0.7
0.67
0.95
0.81 0.84
0.75
0.79
0.67
pada sub
pokok bahasan
pergeseran
0.6 0.52
0.5
0.57
0.56 0.52
0.48
Kelas
kesetimbangan; PK3 : Penguasaan konsep
pada sub
pokok
bahasan
tetapan kesetimbangan
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.44
0.26
Kontrol
|
Eksperimen
Rerata skor pretes, postes dan gain
ternormalisasi
keterampilan berpikir
kritis siswa
Peningkatan keterampilan berpikir
kritis siswa kelas
eksperimen dan
kelas
Gambar
4 Perbandingan rerata skor
indikator keterampilan berpikir
kritis siswa antara kelas kontrol
dan
kelas eksperimen
Keterangan
:
KBKr1 :
menentukan
kontrol dinilai dari
jawaban pretes
dan
keputusan berdasarkan
sebab; KBKr2
:
postes siswa. Indikator
keterampilan
menentukan keputusan berdasarkan akibat;
berpikir kritis siswa yang diteliti meliputi
:
KBKr3 : menggunakan strategi logika;
1) menentukan keputusan sebab;
2)
menentukan
berdasarkan keputusan
KBKr4 : melakukan dan
mempertimbangkan induksi; KBKr5 :
berdasarkan akibat;
3)
menggunakan
melakukan dan
mempertimbangkan
deduksi;
KBKr6 : mengidentifikasi
kalimat pertanyaan; KBKr7 : membuat bentuk
defenisi
Berdasarkan gambar 4, terlihat
bahwa peningkatan keterampilan berpikir
kritis siswa kelas eksperimen selalu lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas
kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa
penggunaan model siklus
belajar hipotesis
deduktif dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa
dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
variabel pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen berdistribusi normal.
b) Uji
Homogenitas
Hasil uji homogenitas antara
kelas kontrol dan
kelas eksperimen dapat
dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2 Hasil uji homogenitas antara
kelas kontrol
dan eksperimen
Data yang diuji Nilai
Signifikansi
Pretes 0,125
dibandingkan dengan model pembelajaran
|
Postes
|
0,122
|
langsung.
|
Gain ternormalisasi
|
0,178
|
Uji Efektivitas
atau Uji Perbedaan
|
Keterangan *) α = 0,05
|
|
a) Uji
Normalitas
Hasil analisis uji normalitas gain ternormalisasi kelas
eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil uji normalitas data
tes penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis
Nilai Signifikansi
Dari hasil pengujian
homogenitas data pretes,
postes dan gain ternormalisasi
kelas
kontrol dan eksperimen diperoleh nilai
signifikansi secara berturut-turut
sebesar
0,125, 0,122, dan 0,178. Karena nilai
signifikansi lebih besar dari
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa varians
data
untuk kelas kontrol dan eksperimen adalah
Kelas
Pre
Tes
Pos
Tes
Gain ternormalisasi
homogen.
c) Uji
Statistik
Parametrik (Uji
t)
Eksperimen 0,521 0,859 0,704
Kontrol 0,630
0,997 0,852
Keterangan *) α = 0,05
Berdasarkan
Tabel
1 di atas dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi pretes, postes dan gain ternormalisasi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen lebih besar
Peningkatan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan
Berpikir Kritis
Pengujian efektivitas peningkatan
penguasaan konsep
dan keterampilan berpikir
kritis dimaksudkan untuk melihat adanya
perbedaan
yang
signifikan
penggunaan
model siklus belajar hipotesis
deduktif pada kelas eksperimen dengan model
pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
Hasil uji beda (t) pretes, postes dan
gain ternormalisasi kelas eksperimen dan
kelas
kontrol
dapat
dilihat pada Tabel
3. Tabel 3 Hasil uji beda (t) pretes, postes dan Gain ternormalisasi kelas eksperimen
dan kelas kontrol
Data yang diuji thitung ttabel
Tanggapan guru
dan
siswa terhadap penerapan
model siklus belajar
hipotesis deduktif
Berdasarkan
tanggapan guru yang
diperoleh melalui
angket dapat disimpulkan bahwa guru memberikan tanggapan
positif terhadap penerapan
model siklus belajar hipotesis
deduktif pada
pokok bahasan kesetimbangan kimia
dan terkategori baik
sekali.
Menurut guru, model siklus belajar
hipotesis
deduktif dapat
memberikan
Pre Tes 1,116 1,671
beberapa manfaat antara lain :
(1)
Pos Tes 11,23 1,671
membantu siswa meningkatkan aktivitas
Gain ternormalisasi 11,13 1,671
Keterangan *) α = 0,05
Berdasarkan tabel 3, Uji statistik
rerata Gain ternormalisasi penguasaan
konsep dan keterampilan berpikir kritis
siswa menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara siswa setelah
menerima
pembelajaran model siklus
belajar hipotesis deduktif
(kelas eksperimen)
dibandingkan dengan
menggunakan model
pembelajaran
langsung berdasarkan nilai thitung = 11,23 lebih besar dari dari ttabel = 1,671 pada α =
0,05.
belajarnya,
(2)
membantu
siswa
dalam
menguasai konsep-konsep
kesetimbangan
kimia, (3) dapat meningkatkan
keterampilan berpikir
kritis siswa.
Sedangkan hasil analisis angket tanggapan siswa
terhadap pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar hipotesis
deduktif menunjukkan bahwa
siswa memberikan tanggapan positif terhadap
penerapan
model
siklus belajar hipotesis deduktif pada pokok bahasan kesetimbangan kimia
dan terkategori baik
sekali
dengan presentase 83,5%.
Sedangkan
bila ditinjau
berdasarkan rerata
aktivitas siswa pada
semua pertemuan maka diperoleh rerata aktivitas pada
semua pertemuan
adalah
3,21 dengan persentase
sebesar 80,36 %
dan terkategori baik sekali. Hal ini berarti
bahwa siswa memberikan tanggapan yang
positif terhadap penerapan model siklus belajar hipotesis
deduktif.
Penutup
Dari hasil-hasil
yang
diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut : (1) Peningkatan
penguasaan konsep
dan keterampilan berpikir kritis siswa
kelas
eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa
kelas kontrol.
Hasil uji beda (t) menunjukkan perbedaan yang nyata
pada taraf signifikansi 0,05, dimana thitung
= 11,13 lebih besar dari
ttabel = 1,671. (2)
Guru dan Siswa
memberikan tanggapan positif terhadap penerapan
model siklus belajar
hipotesis deduktif dalam pembelajaran kesetimbangan kimia
dilihat dari skor rata-rata
tanggapan guru yang
diperoleh melalui angket yang
terkategori
baik sekali, skor
rata-rata
aktivitas siswa tiap pertemuan
dan
skor rata-rata tanggapan
siswa
yang diperoleh
melalui
angket yang
terkategori baik sekali.
Daftar Pustaka
Budiasih,
E.
&
Widarti,
H.
R.
(2004).
Penerapan Pendekatan
Daur Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran
Mata Kuliah
Praktikum Kimia Analisis
Instrumen. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. 10(1), 70-78.
Darmiasih, Pande Putu. 2011. Pengaruh
Penerapan
Model
Siklus Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar. Jurnal
Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, April 2011, hlm. 95‐105
Hofreiter, DT., Monroe, MC., Stein, TV.
2007. Teaching
and Evaluating Critical Thinking
in an Environmental Context. Applied Environmental Education and Communication. 6:149–157.
Taylor & Francis
Group, LLC.
Thomas, T. 2011. Developing
First Year Students’ Critical Thinking Skills.
Asian Social Science. Vol. 7, No.
4; April
2011
Yuniawati, N.W. &
Redhana, I.W. 2011.
Model Siklus
Belajar Hipotesis Deduktif Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1,
Nomor
2,
Oktober
2011,
4655
Tidak ada komentar:
Posting Komentar