Rabu, 09 Mei 2018

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA


PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 PASARWAJO
PADA POKOK BAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA

HENDRA NELVA SAPUTRA
Dibimbing oleh Dr. Rafiuddin, M.Pd., M.Si dan Drs. Aceng Haetami, M.Si.
Program Studi Pend. Kimia Fkip Universitas Halu Oleo

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir  kritis  siswa  yang  disebabkan  oleh  penggunaan  model  siklus  belajar  hipotesis deduktif. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pretest-posttest control group design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 dan XI IPA4 semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang terdiri dari model siklus belajar hipotesis deduktif dan model pembelajaran langsung, sedangkan variabel terikat adalah penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis. Data dianalisis dengan menggunakan rumus gain score normalized dan dilanjutkan dengan independent sample t test variable. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata gain ternormalisasi dari penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk kelas eksperimen sebesar 0,77 dengan kategori tinggi dibandingkan dengan rata-rata gain ternormalisasi penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk kelas kontrol sebesar 0,4874 dengan kategori sedang. Hasil uji beda (t) menunjukkan perbedaan yang signifikan pada taraf signifikansi 0,05, dimana thitung  = 11,13 lebih besar dari   ttabel = 1,671. Guru dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model siklus belajar hipotesis deduktif.
Kata-kata kunci: Siklus belajar hipotesis deduktif, keterampilan berpikir kritis, penguasaan konsep, kesetimbangan kimia

ABSTRACT
This study aims to determine the increasing of concepts mastery and critical thinking skills of students caused by the use of hypothetical deductive cycle model. This research is an experimental study with pretest-posttest control group. The subjects are the students of class XI and XI IPA4 IPA3 in academic year 2013/2014. The independent variable in this study is a learning model that consists of hypothetical deductive learning cycle model and direct learning model, while the dependent variable is the mastery of concepts and critical thinking skills.  Data  were  analyzed  by  using  normalized  score  gain  formula  and  followed  by independent  sample  t  test  variable.  The  results  showed  that  the  increasing  of  concepts mastery and students critical thinking skills experiment class is higher than the control class. It can be seen from the average of the normalized gain mastery of concepts and critical thinking skills for experiments class with high category of 0.77 compared to the average of normalized gain mastery of concepts and critical thinking skills to control class that is 0.4874 with medium category. Different test results (t) shows a significant difference at the 0.05 significance level, where tcount  = 11.13 is bigger than ttable  = 1.671. Teachers and students gave a positive response to the application of hypothetical deductive learning cycle model. Key words      :   Cycle hypothetical deductive learning, critical thinking skills, mastery of
concepts, chemical equilibrium

Pendahuluan



Keterampilan berpikir kritis dan kreatif sangat diperlukan oleh siswa mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa  memperolah  informasi  secara  cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan   hidup   serta   perubahan   global dalam kehidupan. Jika para siswa tidak dibekali   dengan   keterampilan   berpikir kritis maka mereka tidak akan mampu mengolah, menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkannya untuk menghadapi tantangan tersebut.
Hofreiter, Monroe, dan Stein (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan pembelajaran yang melibatkan diskusi dan tugas yang saling dikaitkan. Thomas   (2011)   menyatakan   provides ideas of the skills the students need to develop and how we can integrate the students’  understanding  of  those  skills with their learning in the classroom and through their first-year assignments and activities” memberikan gagasan bagi keterampilan   siswa   agar  dikembangkan dan  digabungkan  pemahaman keterampilan siswa dan pengetahuan mereka di dalam kelas dan aktivitasnya.

Model pembelajaran yang kurang efektif   dan   efisien   akan   menyebabkan tidak seimbangnya keterampilan kognitif, psikomotorik dan afektif. Olehnya itu diperlukan  metode  atau  model pembelajaran yang lebih efektif yaitu membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi mengajar yang dapat digunakan adalah model pembelajaran siklus belajar hipotesis deduktif     yang berlandaskan pada pandangan kontruktivisme.
Siklus belajar adalah suatu model pembelajaran  yang  berpusat pada pelajar (student centered) (Budiasih, 2004). Pembelajaran dengan model siklus belajar dapat   mendorong   siswa   terlibat   secara aktif dalam proses-proses sains seperti melakukan percobaan, menggunakan alat, mengamati, mengukur, mengumpulkan data, menyimpulkan, dan sebagainya. Siklus belajar merupakan rangkaian tahap- tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.
Siklus belajar hipotesis deduktif menghendaki adanya pengkajian (eksplanasi) beberapa fenomena. Langkah- langkah yang mungkin dilakukan dengan mengkreasi berbagai konsepsi atau miskonsepsi dengan menghasilkan argumentasi,                         disequilibrium

(ketidakseimbangan), dan analisis data untuk memecahkan masalah (konflik). Dengan demikian siklus belajar hipotesis deduktif menghendaki adanya kreasi dan pengujian secara nyata berbagai hipotesis untuk menjelaskan fenomena. Dalam hal ini diharapkan muncul pertanyaan sebab akibat, dan murid-murid harus mengajukan berbagai hipotesis. Selanjutnya, hipotesis ini harus diuji melalui deduksi terhadap konsekuensi prediksi dan percobaan. Hal ini dapat membantu siswa untuk mampu berinisiatif dan terampil berpikir kritis.
Hasil penelitian Darmiasih (2011) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Penelitian Yuniawati dan Redhana (2011) mengenai Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, menunjukkan skor rata-rata pada kelas eksperimen (80,82) lebih tinggi daripada skor rata-rata kelas kontrol (73,12). Selain itu,  ketuntasan  yang  dicapai  oleh  siswa pada kelas eksperimen juga lebih tinggi (79,59%) daripada ketuntasan siswa pada kelas kontrol (36,73%).
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana efektivitas peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI

IPA SMA Negeri 1 Pasarwajo yang disebabkan oleh penggunaan model siklus belajar hipotesis deduktif? (2) Bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan model siklus belajar hipotesis deduktif?
Metode Penelitian

Penelitian  ini  merupakan penelitian eksperimen berbentuk pretest- posttest control group design. Pada penelitian ini, tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretes) dan setelah perlakuan (postes). Tes yang diberikan pada saat postes sama dengan tes pada saat pretes. Pada pelaksanaan pembelajaran,  siswa  pada  kelas eksperimen diajar dengan model siklus belajar hipotesis deduktif dan siswa pada kelas kontrol diajar dengan model pembelajaran langsung. Setelah diberi pembelajaran,  siswa  pada  kelas eksperimen   dan   kontrol   diberi   postes. Hasil postes dianalisis untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran yang telah diterapkan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pasarwajo. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA3 dan XI IPA4 semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 yang mempunyai nilai rerata kelas yang hampir sama. Objek  dalam  penelitian  ini  adalah penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Selain itu, data juga

dikumpulkan berkaitan dengan tanggapan guru dan siswa terhadap model siklus belajar hipotesis deduktif. Pada penelitian ini, , variabel terikat adalah penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis. Sedangkan variabel bebas adalah model siklus belajar hipotesis deduktif dan model pembelajaran langsung  pada pembelajaran kimia  pokok  bahasan  kesetimbangan kimia.
Pada penelitian ini digunakan perangkat pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran yang terdiri dari model siklus belajar hipotesis deduktif dan model pembelajaran langsung. Secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun RPP, yaitu: (1) menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) menyusun indikator  pencapaian  kompetensi  dan tujuan pembelajaran, (3) mengalokasikan waktu pembelajaran, (4) merancang kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan model siklus belajar hipotesis deduktif  dan  model  pembelajaran langsung, dan (5) menyusun instrumen penilaian untuk mengukur indikator pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.   Instrumen   yang   digunakan pada penelitian ini didasarkan atas data yang  diperlukan.  Instrumen  yang digunakan berupa tes penguasaan konsep

dan keterampilan berpikir kritis, lembar observasi dan angket. Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa skor pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan tanggapan siswa. Sementara itu, data kualitatif berupa data tanggapan guru.
Penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas   eksperimen   dan   kontrol   diukur dengan tes penguasaan konsep dan keterampilan   berpikir   kritis   .   Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian Data  dianalisis  dengan  menggunakan rumus gain score normalized dan dilanjutkan dengan independent sample t test variable. Perhitungan uji t dan semua uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS version 15 for windows. Pengujian  dilakukan  pada  taraf signifikansi 5%. Independent sample t test variable merupakan salah satu statistik parametrik sehingga perlu dilakukan uji prasyarat terhadap data hasil belajar siswa. Pengujian  prasyarat  ini  meliputi  analisis uji normalitas dan uji homogenitas.
Tanggapan  guru  dan  siswa terhadap model siklus belajar hipotesis deduktif berupa derajat ekspresi yang dikategorikan atas: sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Tanggapan   guru   dan   siswa   dianalisis

secara deskriptif dengan jalan menghitung

Sedangkan  kelas  kontrol  memiliki  rerata


frekuensi munculnya respon.

Di samping

skor   pretes   sebesar

18,23,   mengalami


itu, untuk meningkatkan kualitas simpulan, peneliti juga melakukan analisis deskriptif dengan rentangan penilaian.
Hasil Penelitian

peningkatan  rerata  skor  postes  sebesar

58,07.
Pencapaian     skor     rerata     gain ternormalisasi penguasaan konsep   antara


Rerata  skor  pretes,  postes  dan  gain

siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol


ternormalisasi penguasaan konsep siswa

dapat dilihat pada Gambar 2.




Pencapaian skor rerata pretes dan

1
0.5


0.49

0.77

Kontrol

postes  penguasaan  konsep kelas eksperimen dan kelas

antara  siswa kontrol dapat

0
Gain

Eksperimen


dilihat pada Gambar 1.

Gambar   2.   Perbandingan   rerata   skor


100

81.44

penguasaan    konsep

dan    keterampilan

58.07
50         19.06
18.23

0
Pretes   Postes

Kontrol

Eksperimen

berpikir   krtis   pada   gain   ternormalisasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 2 menunjukkan perolehan

rerata   gain   ternormalisasi   untuk   kelas

Gambar   1.   Perbandingan penguasaan    konsep    dan

rerata   skor keterampilan

eksperimen  adalah  sebesar  0,77  dengan kategori tinggi sedangkan perolehan rerata


berpikir krtis pada pretes dan postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Analisis  data  yang  nampak  pada

gain  ternormalisasi  kelas  kontrol  adalah
0,4874  dengan kategori sedang. Gambar 2 juga   menunjukkan   bahwa   rerata   gain


Gambar  1,  menunjukan  bahwa  adanya

ternormalisasi    kelas

eksperimen   lebih

peningkatan penguasaan konsep baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, berdasarkan perolehan skor rerata

tinggi dari rerata gain ternormalisasi kelas kontrol.   Hal   ini   berarti   pembelajaran
dengan menggunakan model siklus belajar


pretes    dan    postes,    kelas

eksperimen

hipotesis        deduktif

dapat        lebih

mengalami      peningkatan konsep  yang  lebih  tinggi

penguasaan dibandingkan

meningkatkan  penguasaan  konsep  siswa dibanding model pembelajaran langsung.

dengan kelas kontrol, dimana rerata skor pretes   siswa   kelas   eksperimen   adalah

Secara      umum,      rerata      skor perbandingan    indikator         penguasaan


sebesar   19,06,   mengalami

peningkatan

konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi


rerata     skor     postes     sebesar     81,44.

dibandingkan     dengan

kelas     kontrol.

Rekapitulasi          perbandingan          gain

strategi    logika;    4)

melakukan    dan


ternormalisasi label konsep pada setiap sub pokok  bahasan    antara  kelas  eksperimen dan   kelas   kontrol      ditunjukkan   pada
Gambar 3.

mempertimbangkan induksi; 5) melakukan dan mempertimbangkan deduksi; 6) mengidentifikasi  kalimat  pertanyaan;  7)
membuat bentuk defenisi.


1        0.75



0.6

0.86



Kelas Kontrol

Secara umum, dapat dilihat bahwa


0.5

0.53

0.42

0.54

rerata     skor     perbandingan     indikator

Kelas
Eksperimen

keterampilan  berpikir

kritis  siswa  kelas

0
PK1     PK2     PK3

eksperimen   lebih   tinggi   dibandingkan

dengan      kelas      kontrol.      Persentase

Gambar   3.   Rekapitulasi rerata  gain  ternormalisasi

perbandingan label  konsep

Perbandingan     indikator     keterampilan berpikir kritis  antara kelas eksperimen dan

pada  setiap  sub  pokok  bahasan    antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Keterangan  :  PK1  :  Penguasaan  konsep

kelas kontrol  ditunjukkan pada Gambar 4.

pada     sub     pokok     bahasan     keadaan kesetimbangan; PK2 : Penguasaan konsep

1
0.9
0.8
0.7




0.67

0.95

0.81 0.84
0.75



0.79

0.67

pada   sub    pokok   bahasan

pergeseran

0.6 0.52
0.5

0.57

0.56 0.52
0.48


Kelas

kesetimbangan; PK3 : Penguasaan konsep

pada     sub     pokok     bahasan     tetapan kesetimbangan

0.4
0.3
0.2
0.1
Text Box: KBKr1
KBKr2
KBKr3
KBKr4
KBKr5
0

0.44

0.26

Kontrol
















7 r
B
 
Text Box: KKelas
Text Box: K 6Eksperimen


Rerata skor pretes, postes dan gain ternormalisasi keterampilan berpikir kritis siswa

Peningkatan keterampilan berpikir kritis  siswa  kelas  eksperimen  dan  kelas




Gambar 4 Perbandingan rerata skor indikator keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
Keterangan    :    KBKr1    :    menentukan


kontrol  dinilai  dari  jawaban  pretes  dan

keputusan  berdasarkan

sebab;  KBKr2  :


postes   siswa.   Indikator

keterampilan

menentukan keputusan berdasarkan akibat;


berpikir kritis siswa yang diteliti meliputi :

KBKr3  :  menggunakan  strategi  logika;

1)   menentukan   keputusan sebab;      2)      menentukan

berdasarkan keputusan

KBKr4           :           melakukan           dan

mempertimbangkan   induksi;   KBKr5   :


berdasarkan    akibat;    3)

menggunakan

melakukan      dan

mempertimbangkan

deduksi;  KBKr6  :  mengidentifikasi kalimat pertanyaan; KBKr7 : membuat bentuk defenisi


Berdasarkan gambar 4, terlihat bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen selalu lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model siklus belajar hipotesis deduktif                dapat        meningkatkan
keterampilan      berpikir      kritis      siswa

dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal.


b)   Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil uji homogenitas antara kelas kontrol dan eksperimen
Data yang diuji        Nilai Signifikansi

Pretes                          0,125


dibandingkan dengan model pembelajaran
Postes
0,122
langsung.
Gain ternormalisasi
0,178
Uji Efektivitas atau Uji Perbedaan
Keterangan *) α = 0,05



a)    Uji Normalitas

Hasil analisis uji normalitas gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil uji normalitas data tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
Nilai Signifikansi

Dari hasil pengujian homogenitas data pretes, postes dan gain ternormalisasi kelas kontrol dan eksperimen diperoleh nilai signifikansi  secara  berturut-turut  sebesar
0,125, 0,122, dan 0,178. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat   disimpulkan   bahwa   varians   data
untuk kelas kontrol dan eksperimen adalah


Kelas

Pre

Tes

Pos

Tes

Gain ternormalisasi

homogen.

c)    Uji    Statistik    Parametrik    (Uji    t)

Eksperimen   0,521   0,859           0,704

Kontrol      0,630   0,997           0,852

Keterangan *) α = 0,05

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pretes, postes dan gain ternormalisasi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen lebih besar

Peningkatan Penguasaan Konsep dan

Keterampilan Berpikir Kritis



Pengujian efektivitas peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis dimaksudkan untuk melihat adanya     perbedaan     yang     signifikan

penggunaan model siklus belajar hipotesis deduktif pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
Hasil uji beda (t) pretes, postes dan gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil uji beda (t) pretes, postes dan Gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol


Data yang diuji                thitung                   ttabel

Tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan  model  siklus  belajar hipotesis deduktif

Berdasarkan tanggapan guru yang diperoleh  melalui  angket  dapat disimpulkan bahwa guru memberikan tanggapan  positif  terhadap  penerapan model  siklus  belajar  hipotesis  deduktif pada pokok bahasan kesetimbangan kimia dan terkategori baik sekali.
Menurut guru, model siklus belajar

                        hipotesis    deduktif    dapat    memberikan
Pre Tes                            1,116           1,671
                        beberapa    manfaat    antara    lain    :    (1)
Pos Tes                            11,23           1,671
                        membantu  siswa  meningkatkan  aktivitas
Gain ternormalisasi         11,13           1,671


Keterangan *) α = 0,05

Berdasarkan   tabel 3, Uji statistik rerata Gain ternormalisasi penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa   menunjukkan   adanya   perbedaan yang signifikan antara siswa setelah menerima pembelajaran model siklus belajar hipotesis deduktif (kelas eksperimen) dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung berdasarkan nilai thitung  = 11,23 lebih besar dari dari ttabel = 1,671 pada α =
0,05.

belajarnya,  (2)  membantu  siswa  dalam

menguasai konsep-konsep kesetimbangan kimia,  (3)  dapat  meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Sedangkan hasil analisis angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar hipotesis deduktif menunjukkan bahwa siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model siklus belajar hipotesis deduktif pada pokok bahasan kesetimbangan kimia dan terkategori baik sekali dengan presentase 83,5%.
Sedangkan  bila  ditinjau berdasarkan rerata aktivitas siswa pada semua pertemuan maka diperoleh rerata aktivitas  pada  semua  pertemuan  adalah
3,21  dengan  persentase  sebesar 80,36  %

dan terkategori baik sekali. Hal ini berarti

bahwa siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan model siklus belajar hipotesis deduktif.
Penutup

Dari   hasil-hasil   yang   diperoleh pada  penelitian  ini,  maka  dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Hasil uji beda (t)  menunjukkan  perbedaan  yang  nyata pada taraf signifikansi 0,05, dimana thitung
= 11,13 lebih besar dari  ttabel = 1,671. (2)

Guru dan Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model siklus belajar hipotesis deduktif dalam pembelajaran kesetimbangan kimia dilihat dari skor rata-rata tanggapan guru yang diperoleh melalui angket yang terkategori baik sekali, skor rata-rata aktivitas siswa tiap  pertemuan  dan  skor  rata-rata tanggapan siswa yang diperoleh melalui angket yang terkategori baik sekali.
Daftar Pustaka

Budiasih,  E.  &  Widarti,  H.  R.  (2004).

Penerapan Pendekatan Daur Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum       Kimia       Analisis

Instrumen. Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran. 10(1), 70-78.



Darmiasih, Pande Putu. 2011. Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar.  Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, April 2011, hlm. 95105
Hofreiter, DT., Monroe, MC., Stein, TV.

2007. Teaching and Evaluating Critical Thinking in an Environmental Context. Applied Environmental Education and Communication. 6:149–157. Taylor & Francis Group, LLC.


Thomas, T. 2011. Developing First Year Students’ Critical Thinking Skills. Asian Social Science. Vol. 7, No.
4; April 2011


Yuniawati, N.W. & Redhana, I.W. 2011.

Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume   1,   Nomor   2,   Oktober
2011, 4655

Tidak ada komentar:

Posting Komentar